Melansir Guardian, Jumat 13 Juni 2014 lalu temuan itu berhasil, usai peneliti bekerja keras mendalami selama sepuluh tahun atau satu dekade terakhir. Penantian peneliti terbayarkan dengan temuan tersebut.
Disebutkan, cadangan air raksasa itu terjebak dalam ratusan mil di bawah permukaan Bumi. Temuan ini membuka wawasan baru atas pemahaman bagaimana Bumi terbentuk di masa lalu.
Peneliti mengatakan, cadangan air itu terjebak dalam sebuah mineral yang disebut ringwoodite yang berada di kedalaman 660 kilometer di bawah kerak Bumi.
Pakar geofisika universitas itu, Steve Jacobsen, yang juga memimpin studi mengatakan, penemuan itu menunjukkan air di Bumi kemungkinan muncul ke permukaan didorong oleh aktivitas geologi.
Teori ini berbeda dengan asumsi air di permukaan Bumi muncul dari simpanan beberapa komet es licin yang menabrak pembentukan Bumi.
Teori ini berbeda dengan asumsi air di permukaan Bumi muncul dari simpanan beberapa komet es licin yang menabrak pembentukan Bumi.
“Proses geologi pada permukaan Bumi, misalnya gempa bumi atau letusan gunung berapi merupakan ekspresi bagian dalam Bumi, yang tak terlihat lagi oleh kita,” jelas Jacobsen.
Jacobsen merasa puas oleh riset timnya yang pada akhirnya mampu membuktikan adanya siklus seluruh air Bumi. Temuan itu juga dapat menjelaskan bagaimana cadangan air raksasa yang ada di permukaan planet yang dapat dihuni.
Temuan soal cadangan besar itu sebenarnya diawali oleh temuan sebuah wilayah luas di bawah tanah yang membentang di dalam perut Bumi di Amerika Serikat.
Atas fenomena itu, tim Jacobsen kemudian ingin membuktikan langsung ada air dalam area mantel Bumi yang disebut Zona Transisi. Sedangkan Ringwoodite berfungsi layaknya bunga karang, karena struktur kristal mampu menarik hidrogen dan menjebak air.
Ditambahkan Jacobsen, satu persen bobot mantel batuan yang terletak di zona transisi merupakan air, dan itu setara hampir tiga kali dari jumlah air yang ada di lautan permukaan Bumi!
Untuk kedalaman cadangan air besar memang berada di kedalaman lebih dari 600 km. Itu kolaborasi data dari USArray, yaitu jaringan pengukuran seismometer untuk gempa di seluruh wilayah AS dengan data laboratorium pengujian simulasi batuan bertekanan tinggi besutan Jacobsen.
Data itu menghasilkan bukti pencairan dan gerakan batuan dalam zona transisi menyebabkan air menyatu dan terjebak dalam batu.
Temuan ini telah memberi terobosan, sebab sebelumnya diyakini pencarian batuan terjadi pada kedalaman 80 km.
Mengenai fungsi air cadangan di bawah permukaan Bumi ini, menurut Jacobsen, berfungsi sebagai penyangga lautan di permukaan. Itulah sebabnya, alasan cadangan air berada di dalam perut Bumi selama jutaan tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar