Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO melaporkan bahwa malaria telah menginfeksi 216 juta orang dan membunuh 655.000 orang pada tahun 2010 lalu. Pada tahun 2011, ilmuwan menemukan bahwa senyawa tertentu dapat menyaru mirip seperti karbon dioksida sehingga mengacaukan sensor karbon dioksida pada nyamuk.
Beberapa senyawa ini dapat menarik nyamuk sehingga membuat serangga ini bingung dan tidak mampu melacak karbon dioksida yang dihembuskan manusia selama beberapa menit.
"Ketika wabah demam berdarah atau penyakit lain yang ditularkan lewat nyamuk muncul, seringkali upaya yang dilakukan adalah menyemprotkan insektisida atau pengusir nyamuk. Tapi cara ini kurang efektif," kata peneliti, Anandasankar Ray, pakar entomologi di University of California Riverside seperti dilansir MyHealthNewsDaily.com, Selasa (29/5/2012).
Hasil penelitian menemukan bahwa nyamuk Aedes yang membawa virus demam berdarah, nyamuk Culex yang membawa virus West Nile, dan nyamuk Anopheles yang menularkan malaria bisa merespon senyawa ini.
Awalnya, senyawa yang ditemukan dapat mengacaukan sensor karbon dioksida nyamuk dianggap terlalu berbahaya dalam konsentrasi tinggi jika dipakai secara luas. Jadi Ray menciptakan program komputer untuk mencari sekitar 500.000 jenis wewangian yang diketahui dapat menyerupai karbon dioksida.
"Kami mencari berbagai bahan kimia dan mengidentifikasi senyawa yang ditemukan di alam, orang-orang yang memiliki bau yang tertentu dan orang yang lebih sering dihindari nyamuk," kata Ray.
Pencarian Ray menemukan bahwa bau mint dan coklat meniru karbon dioksida dan membantu mengalihkan perhatian nyamuk, namun tidak akan menangkis gigitan nyamuk. Rencananya, wewangian ini akan dikombinasikan dengan bahan pembunuh serangga agar dapat efektif membasmi nyamuk.
Ketika nyamuk sudah mendekati manusia, ada banyak faktor lain yang menentukan apakah serangga ini akan mendarat dan menggigit. Kelembaban, suhu dan kondisi kulit bisa menarik atau menolak nyamuk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar