Kondisi psikologis dapat mempengaruhi kondisi fisik seseorang. Salah
satu contohnya adalah ketidakpuasan dengan pekerjaan yang bisa
mempengaruhi kesehatan. Seorang peneliti di Australia menemukan bahwa
karyawan yang merasa tidak puas dengan pekerjaannya lebih mungkin
menderita nyeri punggung serius dibandingkan karyawan yang lebih puas
dengan pekerjaannya.
Profesor Markus Melloh, ahli bedah ortopedi
dan rheumatologist di Western Australian Institute for Medical Research
(WAIMR) dan The University of Western Australia menemukan bahwa
sepertiga orang yang tidak puas dengan pekerjaannya lebih sering
mengalami nyeri punggung. Nyeri yang dialami seringkali tidak jelas
sumbernya dan terus dialami setiap hari sehingga sangat mempengaruhi
pekerjaan dan kehidupannya sehari-hari.
Karyawan ini kemudian
mengajukan cuti karena sakit dan menemui dokter. Anehnya, hanya sedikit
di antaranya yang mengalami gangguan fisik seperti sendi yang bergeser.
Hasil tes anatomi menunjukkan bahwa tidak ada penyebab khusus atas
gangguan fisik yang dapat menjelaskan nyeri yang diderita setiap hari
ini.
"Semua orang terkadang merasakan nyeri di bagian bawah
punggung atau di bagian leher sesekali. Tapi kami merasa prihatin
terhadap orang-orang yang terus menerus merasa nyeri selama
berminggu-minggu sehingga menyita tenaga dan biaya yang cukup besar,"
kata Profesor Melloh seperti dilansir Science Alert, Senin (23/4/2012).
Para
peneliti menemukan bahwa pasien yang memiliki pikiran yang maladaptif
seperti merasa takut atau tidak berdaya terhadap kondisinya dan banyak
membesar-besarkan masalahnya adalah orang yang paling mungkin terserang
rasa nyeri yang bertahan lama.
"Sikap positif di tempat kerja dan
optimisme berdampak besar terhadap nyeri punggung. Jika seorang
karyawan memiliki andil dalam merubah tempat kerjanya atau memiliki
suara dalam perencanaan kerjanya, karyawan bisa bersikap positif kembali
dan rasa nyeri dapat sembuh dengan sendirinya," kata Profesor Melloh.
Peneliti
mewawancarai 315 orang pasien yang mengunjungi dokter karena mengalami
nyeri punggung yang tidak jelas sebabnya. Peserta penelitian
diwawancarai lagi pada minggu ke 3, 6, 12, dan setelah 6 bulan.
Penilaian yang dilakukan mencakup pertanyaan tentang sikapnya terhadap
pekerjaan.
Pada akhir penelitian, terdapat sebanyak 169 orang
yang masih mau ikut serta dalam penelitian dan sekitar 64% di antaranya
memiliki gejala nyeri yang bertahan lama. Beberapa peserta bahkan
melaporkan rasa nyerinya makin memburuk setelah 6 bulan, namun dokter
tidak dapat menemukan penyebabnya.
"Begitu tinggal di rumah
karena cuti sakit, karyawan semakin sulit kembali bekerja dan
menyebabkan rasa nyeri bertambah parah. Ini adalah lingkaran setan yang
perlu dipecahkan. Penelitian menunjukkan bahwa rasa tak berdaya pasien
akan membuat kondisinya bertambah parah," kata Profesor Melloh.
Dalam pertemuan tahunan Spine Society of Australia,
profesor Melloh mengatakan bahwa penelitian ini difokuskan hanya pada
nyeri punggung bagian bawah karena angka kejadiannya lebih tinggi
dibbandingkan nyeri leher. Untuk mengatasinya, prof Melloh menganjurkan
terapi yang berfokus mengubah pola pikir pasien tentang kondisinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar