Berada di ketinggian dengan oksigen yang sedikit bisa memicu kondisi
hipoksia, yakni ketika tubuh kekurangan pasokan oksigen. Para pendaki
gunung harus mengenali tanda-tandanya, serta cara mengatasi jika
mengalami kondisi tersebut.
"Tanda-tanda hipoksia atau kekurangan
oksigen antara lain pandangan kabur, pernapasan makin cepat atau
tersengal-sengal, serta tubuh menjadi lemas," kata Dr Michael Triangto,
SpKO dari RS Mitra Kemayoran, Minggu (22/4/2012).
Frekuensi pernapasan yang
meningkat terjadi karena tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen.
Tidak hanya memaksa paru-paru bekerja lebih keras, kondisi ini juga
mempengaruhi jantung yang harus bekerja keras memompa oksigen dalam
darah yang hanya sedikit itu untuk didistribusikan ke seluruh tubuh.
Selain
dari gejala fisik, kondisi hipoksia juga bisa dikenali dari perubahan
perilaku. Dalam kondisi hipoksia, otak juga akan kekurangan oksigen
sehingga pola pikir seorang pendaki berubah menjadi kacau dan sulit
membuat keputusan yang tepat.
"Dalam keadaan hipoksia, yang
dominan hanya emosi dan ini sangat mempengaruhi pengambilan keputusan.
Makanya para pendaki sering tersesat, salah satunya karena otak tidak
mendapatkan oksigen yang cukup untuk bisa bekerja dengna baik," tutur Dr
Michael.
Pertolongan pertama ketika menghadapi kondisi ini tentu
saja dengan memberikan oksigen. Tabung oksigen berukuran kecil yang
bisa dibawa ke mana-mana sangat mudah diperoleh di apotek dengan harga
terjangkau, sehingga tidak ada salahnya para pendaki melengkapi diri
dengan alat ini.
Jika tabung oksigen belum cukup menolong, maka
semua pakaian harus dilonggarkan agar pernapasan menjadi lebih lancar.
Kerah baju harus dibuka, ikat pinggang dilepas dan juga bra pada
perempuan mau tidak mau harus dilepas supaya saluran napasnya tidak
sesak.
Namun yang terpenting dari semua itu adalah, sesegera
mungkin pendaki yang mengalami hipoksia harus dibawa ke lokasi yang
lebih rendah supaya mendapat oksigen lebih banyak dari udara pernapasan.
Makin lama berada dalam kondisi hipoksia, makin besar risiko kerusakan
organ karena tidak mendapat suplai oksigen.
Daya tahan seseorang
saat berada dalam kondisi hipoksia sangat beragam, salah satunya
dipengaruhi oleh kadar sel darah merah serta hemoglobin. Orang-orang
yang sehari-hari tinggal di gunung secara alamiah lebih tahan terhadap
hipoksia karena sel darah merahnya lebih banyak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar