Tinggi rendahnya kemampuan akademis anak bisa dipengaruhi oleh berbagai
hal, salah satunya adalah didikan orangtua yang membentuk karakteristik
anak itu sendiri. Karena anak laki-laki seringkali dididik secara tegas,
tak heran jika mereka dikenal lebih mampu menyelesaikan soal matematika
dibandingkan dengan anak perempuan.
Apa kaitannya? Studi yang
dilakukan University of Missouri, AS ini mengemukakan bahwa di sekolah,
anak perempuan dan anak laki-laki menggunakan pendekatan yang berbeda
untuk mengatasi masalah aritmetika. Anak perempuan cenderung
menyelesaikan masalah dengan pendekatan yang lambat namun akurat
sebaliknya anak laki-laki mengatasinya dengan pendekatan yang lebih
cepat namun rawan mengalami kesalahan.
Tentu saja pendekatan anak
perempuan dalam hal ini memberinya keuntungan pada masa awal sekolah,
namun pada akhir kelas 6, anak laki-laki terbukti bisa melampaui hasil
belajar anak perempuan.
"Perbedaan akurasi aritmetika diantara
anak laki-laki dan perempuan mungkin timbul dari adanya kemauan untuk
mengambil risiko kesalahan dengan menjawab persoalan matematika hanya
berdasarkan kemampuan daya ingatnya," kata peneliti Drew Bailey seperti
dilansir dari medindia, Selasa (31/7/2012).
"Dalam studi
ini, kami menemukan bahwa dibanding anak perempuan, anak laki-laki
lebih suka langsung mengungkapkan jawabannya sesaat setelah diberi
persoalan, meskipun mungkin kurang akurat. Namun dari waktu ke waktu,
praktik mengingat jawaban ini bisa mendorong anak laki-laki jauh
melampaui anak perempuan dalam hal akurasi jawaban," tambah Bailey.
Peneliti
mendapatkan kesimpulan ini setelah mengamati sekitar 300 anak-anak
sejak kelas 1 hingga menginjak kelas 6 sekolah dasar. Saat berada di
kelas 1 dan 2, kecenderungan anak laki-laki untuk memberikan jawaban
secara cepat menunjukkan bahwa secara total anak laki-laki lebih banyak
memberikan jawaban ketika diberi persoalan aritmetika namun jawaban yang
salah juga lebih banyak.
Di sisi lain, anak perempuan lebih
banyak memberikan jawaban yang benar namun cenderung merespon persoalan
secara lebih lambat dan soal yang bisa dijawab pun lebih sedikit. Meski
begitu, saat menginjak kelas 6, anak laki-laki jauh lebih banyak
memberikan jawaban dengan tingkat kesalahan yang lebih sedikit.
"Mengembangkan kemampuan matematika itu bisa dibagi ke dalam dua cara yaitu 'practice makes perfect' dan 'perfect makes practice'.
Artinya mencoba menjawab lebih banyak pertanyaan dengan menggunakan
daya ingat mendorong pengambil risiko untuk lebih banyak berlatih
sehingga lama-kelamaan akurasi jawabannya akan membaik. Begitu pula
dengan anak-anak yang sudah punya keterampilan dalam strategi tertentu
akan terdorong untuk lebih banyak menggunakan strateginya itu sehingga
butuh lebih banyak praktik," terang Bailey.
Studi ini telah dipublikasikan dalam Journal of Experimental Child Psychology.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar